Penyesalan Penduduk Surga?
Ada pernyataan bahwa penduduk surga kelak akan menyesal di surga, yaitu menyesal dengan waktu yang mereka lalaikan untuk tidak mengingat (berdzikir) kepada Allah. Dasarnya adalah hadist berikut,
ليس يتحسر أهل الجنة إلا على ساعة مرت بهم لم يذكروا الله عزوجل فيها
Tidak ada sesuatu yang lebih disesali oleh para penghuni surga selain atas satu saat yang pernah mereka lalui di dunia, yang tidak mereka gunakan untuk mengingat Allah.” (HR. Ath-Thabrani di Al-Kabir (20/93/182), Al-baihaqi dalam “As-Sya’bi” (1/136) dan lainnya )
Hadits ini dhaif.
Awalnya dishahihkan oleh syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahihul Jaami’, kemudian beliau merujuk dan mendhaifkannya dalam Al-Silsilah Ad-Dhaiifah no. 4986. Beliau berkata,
واعلم أنني كنت اغتررت برهة من الزمن بكلام المنذري والهيثمي المتقدمين ؛ قبل أن أطلع على إسناد الطبراني والبيهقي رجعت عن ذلك كله ، وكتبت على هامش “الصحيح” أن ينقل إلى “الضعيف” ، وشرحت السبب هنا كما ترى ، والهادي هو الله .
“Ketahuilah bahwa saya telah terkelabui sesaat ketika itu dengan perkataan Al-Mundziri dan Al-Haitsami. sebelum saya menelaah sanad At-Tabhrani dan Al-Baihaqi dan saya bawakan hadits ini dalam kitab yang lain yaitu shahihul jaami’ no. 2197. Kemudian saya ruju’(memperbaiki) semuanya. saya telah menulis dalam catatan kaki kitab As-Shahih, hadits ini dipindah ke kitab Ad-Dhaiif dan saya telah jelaskan sebabnya sebagaimana yang engkau lihat.”[1]
Jika dilihat dalam nash-nash Al-Quran dan hadits menunjukkan bahwa penduduk surga semuanya bahagia, tidak ada sedih, duka, menyesal, iri, hasad dan bahkan tidak ada cemburu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَن يدخل الجنةَ ينعم ولا يبأس، ولا تَبلى ثيابُهُ، ولا يَنفى شبابُه
“Barangsiapa yang masuk surga, ia akan diberikan kenikmatan tanpa ada kesusahan, tidak menjadi usang/lusuh baju (yang dipakainya), dan tidak pula hilang kebugarannya”.[2]
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ (٥٥) هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلالٍ عَلَى الأرَائِكِ مُتَّكِئُونَ (٥٦)
“Sesungguhnya penghuni syurga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan” (Yaasiin : 55-56)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنَ رَأَتْ ، وَلاَ أُذُنَ سَمِعَتْ ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ ، فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ ( فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِىَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ )
“Allah berfirman: Aku sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang sholeh surga yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia.” Bacalah firman Allah Ta’ala, “Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As Sajdah: 17).[3]
Al-Munawi Rahimahullah berkata,
لكن هذه الحسرات إنما هي في الموقف لا في الجنة كما بينه الحكيم وغيره، والغرض من السياق أن تعلم أن كل حركة ظهرت منك بغير ذكر الله فهي عليك لا لك، وأن أدوم الناس على الذكر أوفرهم حظا وأرفعهم درجة وأشرفهم منزلة. انتهى.
“Akan tetapi penyesalan ini adalah penyesalan di mauqif (padang masyhar), bukan penyesalan di surga sebagaimana dijelaskan oleh Al-Hakim dan yang lainnya. Maksud dari konteks hadits bahwasanya semua kegiatan tanpa berdzikir (mengingat) kepada Allah maka akan menjadi hujjah yang menuntutmu bukan hujjah yang membelamu. Dan manusia yang paling sering berdzikir (mengingat Allah) adalah orang yang paling beruntung, paling tinggi derajatnya dan paling mulia kedudukannya.”[4]
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Lombok, Pulau seribu Masjid
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
Artikel asli: https://muslimafiyah.com/penyesalan-penduduk-surga.html